Sabtu, 20 Oktober 2012

CARA MENINGKATKAN POTENSI KEMAMPUAN PSIKOMOTORIK

Artikel: Pendidikan
Judul   : Cara Meningkatkan potensi Kemampuan Psikomotorik
Oleh      :RIKI

  1. Latar Belakang

Pendidikan merupakan aktifias yang memerlukan sinergi dari berbagai hal untuk memperoleh hasil yang maksimal. Berbagai faktor itu diantaranya peserta didik yang siap, pengajar yang berkompeten, serta sarana dan rasarana yang memadai. Peserta didik yang siap artinya dengan kemempuan yang ada pada masing masing individu mampu memanfaatkan, salah satunya adalah kemampuan motorik
Tiap anak secara kodrat membawa variasi dan irama perkembangannya sendiri, perlu diketahui orangtua dan guru agar ia tidak bertanya tanya bahkan bingung atau bereaksi negatif yang lain dalam menghadapi perkembangan motorik anaknya. Bahkan ia harus bersikap tenang sambil mengikuti terus meneruspertumbuhan itu, agar pertumbuhan itu sendiri terhindar dari gangguan apapun yang tentu saja akan merugikan.
Terutama pada masa anak hal ini dikarenakan pada masa anak adalah masa dimana perkembangan adlah sangat pesat pesatnya seperti perkembangan psikomotorik anak. Untuk mengembangkan potensi kemampuan psikomotorik anak diperlukan kerjasama antara berbagai pihak, dan yang paling penting pada saat masa anak anak adalah orang tua dan guru, kemampuan psikomotorik hanya bisa dikembangkan dengan latihan latihan yang menuju kearah mengembangkan kemampuan anak. Hal ini mememrlukan rangsangan yang sangat banyak dikaranakan agar perkembangan potensi kemempuan psikomotorik anak bisa optimal
Perkembangan potensi kemampuan psikomotorik anak sangatlah berpengarugf terhadap hasil sebuah pengajaran disekolah, tetapi siswa atau peserta didik pada tarf awal awal sekolah, belum menyadari tentang hal itu. Oleh karenanya sebagai agen of change guru hendaknya mampu menuntun. Mengoptimalkan aspek ini sehingga tercapailah pengajaran yang diinginkan secara optimal, sehingga kelak anak itu sendirilah yang akan memetik buah dari kerja keras.
Mengingat sangat pentingnya kemempuan psikomotorik anak maka kita harus bisa mengembangkan semua potensi yang ada pada anak itu secara optimal agar kemampuan lebih yang sudah dia miliki bisa dikembangkan. Dan bisa saja kemampuan tersebut menolongnya dalam masyarakat ataupun saat dia sudah bekerja nanti.


  1. Rumusan Masalah
1)      Apakah pengaruh lingkungan terhadap perkembangan psikomotorik pada anak
2)      Faktor apa saja yang menghambat perkembangan psikomotorik pada anak
3) Bagaimana cara meningkatkan perkembangan psikomotorik pada anak.
  1. Tujuan
1)      Untuk mengetahi pengaruh lingkungan terhadap peningkatan potensi perkembangan potensi psikomotorik pada anak
2)      Untuk mengetahui faktor faktor yang menghambat peningkatan perkembangan psikomotorik anak
3)      Untuk mengetahui cara meningkatkan potensi perkembangan psikomotorik pada anak.










  1. Faktor Faktor yang Menghambat dan Mendukung Peningkatan Potensi Kemampuan Psikomotorik Anak

a) faktor pola asuh orang tua
Pola asuh ornag tua adalah sebuah faktor penghambat psikomotorik anak disaat pola asuh orang tuaterlalu otoriter ataupun terlalu memaksa, karena karakteristik seorang anak sanagt sensitif ditambah setiap anak tidak dapatsecara langsung dioptimalkan secara cepat denagan kata lain memaksakan kemampuan danagan waktu yang singkat.
Apabila orangtua memaksakan peningkatan potensi perkembangan psikomorik anak kebanyakan malah menyababkan gangguan mental terhadap anak tersebut biasanya anak akan cenderung merasa canggung, merasa serba salah tidak percaya pada diri sendiri dan merasa tertekan.
Pola asuh bukan hanya bisa menggangu peningkatan potensi psikomotorik anak akan tetapi malah akan menurunkan kemampuan psikomotorok anak, pada saat anak dalam kondisi depresi dan ditambah dengan tuntutan dari orangtua yang tidak dapat dipenuhi oleh anak, anak yang sedang dalam keadaan depresi sangat mudah untuk diketahui hal ini dikarenakan keadaan anak bisa berubah secara drastis, tanda tandanya antara lain, yang biasanya anak tersebut suka bercanda berubah menjadi pemurung, yang biasanya ceria berubah menjadi gampang marah, yang biasanya aktif berubah menjadi pemalas.
Diharapkan apabila anak dalam keadan seperti ini orang tua tidak memaksakan lagi latian dalam upaya meningkatkan potensi psikomotorik karena malah akan membuat si anak setres.
b) Gen Dari Orang Tua
Gen dari orang tua juga bisa menjadi penghambat dalam upaya meningkatkan kemampuan psikomotorik anak, apabila orang tua mempunyai pembawaan sifat gen yang unggul maka dalam mengembangkan potensu kemempuan psikomotorik anak pun juga akan lancar. Hal sebaliknya apabila anak membawa pembawaan gen dari oarang tua dimana gen tersebut adalah gen yang lemah maka kemampuan meningkatkan potensi psikomotorik anak itu biasanya juga akan lemah. Atau yang paling parah apabila anak itu mkenderita autis maka akan  sulit sekali meningkatkan potensi kemampuan motorik yang ada.
c) Pengaruh Lingkungan
Lingkungan atau situasi kehidupan. Lingkungan tempart seseorang dibesarkan, hubungan dengan anggota keluarga dan orang lain turut berpengaruh terhadap perkembangan psikomotorik pada anak, di antaranya yaitu lingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan bermain.
Loree (1970: 75) menyatakan bahwa ada dua macam perilaku psikomotorik utama yang bersifat universal yang harus dikuasai oleh setiap individu pada masa bayi atau awal masa kanak- kanaknya yaitu  berjalan dan memegang benda. Kedua jenis keterampilan ini merupakan basis bagi perkembangan keterampilan yang lebih kompleks seperti yang kitsa kenal dengan sebutan bermain dan bekerja. Keterampilan ini berkembang dan atau diajarkan kepada anak pada masing- masing keluarga mereka. Oleh karena itu keluarga merupakan media paling awal yamg mempengaruhi pembentukan perkembangan psikomotorik anak.
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama bagi anak- anak dan remaja. Pendidikan keluarga lebih menekankan pada aspek moral atau pembentukan kepribadian daripada pendidikan untuk menguasai ilmu pengetahuan. Proses sosialisasi awal ini di mulai dengan proses belajar menyesuaikan diri dan mengikuti apa yang diajarkan orang- orang paling dekat. Dalam keluarga dikenal adanya dua pola sosialisasi yaitu sosialisasi represif yang mengutamakan  adanya ketaatan anak pada orang tua dan pola sosialisasi partisipasi yang mengutamakan adanya pertisipasi anak
. Dasar dan tujuan penyelenggaraan pendidikan keluarga bersifat individual, sesuai pandangan hidup masing- masing keluarga. Pada usia balita anak cenderung meniru kebiasaan- kebiasaan yang di lakukan oleh orang tua atau orang- orang yang berada di dekatnya, karena di usia- usia tersebut anak sudah mulai menyimpan dalam memori otaknya berbagai hal yang dilihat dan dirasakannya sehingga orang tua harus berhati- hati dalam melakukan suatu tindakan atau kebiasaan buruk. Orang tua harus memberikan kebiasaan- kebiasaan yang baik agar mereka menerapkan kebiasaan tersebut hingga memasuki bangku sekolah. Namun yang lebih mendasar dalam mempengaruhi suatu perkembangan psikomotarik anak adalah Genetika. Genetika atau disebut juga GEN merupakan bawaan anak dari oramg tuanya. Pengaruh dari pada gen ini sangatlah bermacam- macam tergantung dari orangtuanya. Misalnya : pemarah, penyabar, santun, nakal, luwes, keras kepala, kuat kemauan dll. Yang mana watak atau kepribadian dasar ini akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan psikomotorik dan aspek lain si anak.
Lingkungan kedua yang mempengaruhi perkembangan psikomotorik anak adalah sekolah. Sekolah merupakan lingkungan artifisial yang sengaja diciptakan untuk membina anak- anak ke arauh tujuan, khususnya untuk memberikan kemampuan dan keterampilan sebagai bekal kehidupannyai kemudian hari. Di sini mereka akan menerapkan kebiasaan yang dilatih oleh orang tua masing- masiang. Para orangtua berharap lingkungan pendidikan yang disajikan pada anak- anak dapat memberikan warna yang positif, jangan sampai mereka didoktrin tentang kebiasaan- kebiasaan buruk. Anak-anak usia dini dapat saja diberikan materi pelajaran, diajari membaca, menulis, dan berhitung. Bahkan bukan hanya itu saja, mereka bisa saja diajari tentang sejarah, geografi, dan lain-lainnya. Jerome Bruner menyatakan, setiap materi dapat diajarkan kepada setiap kelompok umur dengan cara-cara yang sesuai dengan perkembangannya
(Supriadi, 2002: 40).  Sekolah juga merupakan rumah kedua bagi si anak dan di tempat ini pula anak- anak memperoleh pendidikan formal dan berlatih untuk meningkatkan kemampuan berlandaskan tentang apa yang telah diperoleh dari keluarga. Di sekolah juga terdapat bermacam ekstrakurikuler sehingga si anak dapat memilih kegiatan itu sesuai bakat yang di miliki. Pada saat inilah anak- anak meningkatkan perkembangan psikomotoriknya.
Lingkungan bermain juga dapat mempengaruhi perkembangan psikomotorik pada anak. Bermain bagi anak adalah kegiatan yang serius tetapi menyenangkan. Menurut Conny R. Semiawan (Jalal, 2002: 16) bermain adalah aktivitas yang dipilih sendiri oleh anak karena menyenangkan, bukan karena hadiah atau pujian. Melalui bermain, semua aspek perkembangan anak dapat ditingkatkan. Dengan bermain secara bebas anak dapat berekspresi dan bereksplorasi untuk memperkuat hal-hal yang sudah diketahui dan menemukan hal-hal baru. Melalui permainan, anak-anak juga dapat mengembangkan semua potensinya secara optimal, baik potensi fisik maupun mental intelektual dan spritual. Oleh karena itu, bermain bagi anak usia dini merupakan jembatan bagi berkembangnya semua aspek.
Teman dan mungkin saja persahabatan merupakan pengelompokan social yang melibatkan orang- orang yang relative dekat, akrab dan intensitas bertemu cukup tinggi, mereka mengelompok karena kesamaan minat, perhatian dan kepentingan bukan karena hubugan darah. Dalam lingkungan ini mereka bersosialisasi. Misalnya saat mereka bermain bersama. Ada temannya yang tidak bisa membenahi atau memperbaiki mainannya karena rusak, kemudian datang anak yang membantunya mencoba memperbaiki mainan tersebut. Perilaku yang di tunjukkan anak tersebut merupakan salah satu bentuk dari perkembangan psikomotorik anak. Keterampilan- keterampilan semacam itu haruslah di kembangakan agar si anak menjadi seorang yang terampil dan pintar.

d) Interior Ruang Belajar Mempengaruhi Peningkatan Potensi Psikomotorik Anak
Preiser dalam Laurens (2004:1) menjelaskan bahwa kebiasaan mental dan sikap perilaku seseorang dipengaruhi oleh lingkungan fisiknya. Adapun lingkungan fisik tersebut antara lain berupa kondisi fisik hunian (bangunan), ruang (interior) beserta segala perabotnya, dan sebagainya. Jika bangunan itu memiliki ruang-ruang yang sangat nyaman untuk dihuni dan untuk beraktivitas di dalamnya, maka dapat mempengaruhi pembentukan dan perkembangan perilaku manusia. Ruang yang baik untuk perkembangan anak-anak TK, yaitu ruangan yang menyediakan area-area aktivitas tersendiri yang meliputi entry zone, messy zone, active zone, dan quiet zone (Olds, 2001:349). Penggunaan unsur-unsur interior tidak boleh terlalu dominan terhadap unsure lainnya melainkan seimbang atau sesuai prinsip-prinsip perancangan interior, supaya tidak menimbulkan kekacauan di dalam ruangan (Laksmiwati, 1989). Unsur-unsur perancangan tersebut meliputi garis, bentuk, motif, tekstur, ruang, warna, penerangan, akustik, dan bahan.
Adapun prinsip-prinsip perancangan interior meliputi harmoni atau keselarasan, proporsi, keseimbangan, irama, dan titik berat. Para psikolog telah melakukan beberapa eksperimen yang telah dapat dibuktikan bahwa penggunaan warna yang tepat untuk sekolah dapat meningkatkan proses belajar mengajar, baik bagi siswa maupun gurunya. Suatu lingkungan yang dirancang dengan baik, bukan hanya memberi kemudahan belajar, tetapi juga dapat mengurangi masalah-masalah perilaku yang negatif (Darmaprawira., 2002:133).
Warna
Warna adalah spektrum tertentu yang terdapat di dalam suatu cahayaputih). Identitas suatu warna ditentukan panjang gelombang cahaya tersebut. Sebagai contoh warna biru memiliki panjang gelombang 460 nanometer. sempurna (berwarna
Menurut Olds (2001:231), penyelesaian interior (finishing) berpengaruh sangat besar terhadap anak-anak daripada desain bangunan secara keseluruhan. Demikian pula jenis bahanbahan yang digunakan dalam penyelesaian interior dapat menentukan respon anak-anak terhadap interior. Penyelesaian interior tersebut, antara lain meliputi tekstur, lantai, plafon, dinding, tanda dan seni, serta perabot. Meja tempat buku cerita di area bahasa, yaitu merah muda dan warna tersebut termasuk dalam kelompok warna merah yang bersifat menarik perhatian, memberi kesan menggairahkan, merangsang otak, agresif, berani, dan perkasa (Laksmiwati, 1989).
Menurut Laksmiwati (1989), warna merupakan unsur yang biasanya paling menarik perhatian daripada unsur-unsur lain yang dapat ditangkap indera penglihatan dan skema warna yang sesuai untuk anak-anak yang memerlukan rangsangan dinamika yang tinggi, yaitu skema warna triadik (warna primer atau sekunder).
Area aktivitas tempat perabot- perabot ditata sedemikian rupa di dalamnya berdasarkan tema setiap area aktivitas, sehingga dapat merangsang anak-anak untuk aktif bergerak dalam segala aktivitasnya (belajar dan bermain). Suatu lingkungan yang dirancang dengan baik, bukan hanya memberikan kemudahan belajar, tetapi juga dapat mengurangi masalah perilaku-perilaku negatif (Darmaprawira, 2002:133). Mönks (1999:100) juga menjelaskan bahwa anak-anak suka bereksplorasi dengan tangannya melalui manipulasi dengan benda-benda, terutama alat-alat permainannya. Oleh sebab itu, kelengkapan fasilitas belajar dan bermain serta penataannya yang baik dapat mempengaruhi psikomotorik anak.

  1. Tahapan Tahapan Meningkatkan kemampuan psikomotorik anak
1 tahap kognitif
Tahap ini ditandai dengan adanya gerakan gerakan yang kaku dan lambat. Hal tersebut terjadi karena anak ataupun siswa masih dalam tarf belajaruntuk mengendalikan geraka gerakanya. Dia harus berfikir sebelum melakukansuatu gerakan, pada tahap tersebut siswa sering membuat kesalahandan kadang terjadi tingkat frustasi yang tinggi
2 tahap asosiatif
Pada tahap ini seprang anak ataupun siswa membutuhkan waktu yang lebih pendek untuk memikirkan tentang gerakanya, dia mulai dapat mengasosiasikan gerakan yang sedantg dipelajarinya dengan gerakan yang sudah dikenal. Tahap ini masih dalam tahap pertengahan dalam perkembangan psikomotorik oleh karena itu gerakan gerakan  da;lam tahap ini belum menjadi gerakan yang bersifat otomatis. Pada tahap ini siswa ataupun anak masih menggunakan pikiranya untuk melekukan suatu gerakan, tetapi waktu yang diperlukan untuk berfikir lebih sedikit dibanding pada waktu dia berada pada tahap kognitif. Gerakan gerajanya sudah tidak kaku kerena waktu yang dipergenakan untuk berfikir lebih pendek
3 tahap otonomi
Pada tahap ini seorang siswa telah mencapai tingkat otonomo yang tinggi proses belajarnya sudah hampir lengkap meskipun dia masih dapat memperbaiki gerakan garakan yang dipelajarinya. Tahap ini disebut tahap autonomi karena siswa sudah tidak memerlukan kehadiran instruktur untuk melakukan gerakan gerakan. Pada tahap ini gerakan yang dilakukan secara spomtan oleh karenanya gerakan yang dilakukan juga tidak mengharuskan pembelajaran untuk memikirkan tentang gerakanya.
Ketiga tahapan tersebut dapat dikembangkan melalui pendidikan teknologi dasar yang ada giliranya siswa tidak lagi memerlukan kehadiran instruktur ketika terjun kemasyarakat.

  1. Pentingnya peningkatan potensi perkembangan psikomotorik
Peningkatan potensi perkembangan psikomotorik merupakan salah satufaktor yang sangat penting dalam kesuksesan pengajaran. Dengan peningkatan kemampuan motorik yang normalanak akan mampu menerima pengajaran pengajaran sesuai dengan batasan batasan jenjang pendidikanya. Beberapa konstelasi perkembangan motorik individu dipaparkan oleh hurlock (1996) sebagai berikut.
Melalui ketrampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang. Seperti anak meras senang memiliki ketrampilan memainkan boneka, melempar bola dan memainkan alat alat mainan.
a)      Dengan keterampilan motorik anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya pada bulan bulan pertama dalam kehidupanya, kondisi yang independent. Anak dapat bergerak ndari satu tempat ketempat yang lain, dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya sendiri.  Kondisi in akan menunjang perkembangan rasa percaya diri.
b)      Melalui peningkatan potensi perkembangan psikomotorik anak dapat menyesuaikan dangan lingkungan sekolah. Pada masa pra sekolah atau pada masa awal sekolah dasar, anak sudah dapat silatih menulis menggambar melukis dan baris berbaris.
c)      Melalui peningkatan potensi prkembangan psikomotorik yang normal memungkinkan anak dapat bermain dan bergaul dengan teman sebayanya, sedangkan yang tidak normal akan menghambat untuk anak akan bergaul dengan teman sebayanya, bahkan dia akn terkucilkan atau menjadi anak yang finger            (terpinggirkan)
d)      Peningkatan potensi perkembangan psikomotorik sangat penting bagi perkembangan self concept (kepribadian anak)

  1. Stimulasi yang Dapat Diberikan Sebagai Upaya Meningkatkan Potensi Perkembangan Psikomotorik Anak
Tumbuh kembang potensi kemampuan psikomotorik anak selain dipengaruhi leh faktor yang telah disebutkan diatas, juga memerlukan stimulasi stimulasi guna tercapai pengoptimalanya.
Pada anak anak dapat dilakukan stimulasi diantaranya :
Diberikan dasar dasar ketarmpilan untuk menulis dan menggambar
1)      Ketrampilan berolah raga atau menggunakan alat olah raga
2)      Gerakan geraka permainan, seperti melompat memanjat dan berlari
3)      Baris berbaris secara sederhana
4)      Gerakan gerakan ibadah solat
Peningkatan potensi psikomotorik anak akan lebih teroptimalkan jika lingkungan tumbuh kembang anak mendukung mereka untuk bergerak secara bebas. Kegiatan diluar ruangan bisa menjadi pilihan  terbaik karena dapat memberikan stimulasi perkembangan otot.
( Cri 1997) jika kegiatan anak dala ruangan, pemaksimalan ruangan dapat sijasikan strategi untuk menyediakan ruang gerak yang bebas bagi anak untuk berlari melompat dan menggerakkan seluruh anggota tubuhnya dengan cara cara yang tidak terbatas, selain itu penyediaan alat bermain diluar ruangan bisa mendoromg anak untuk meningkatkan koordinasi dan pengembangan kekuatan tubuhnya, stimulasi stimulasi tersebut akan membantu pengoptimalan kemampuan psikomotorik kasar. Sedangkan koordinasi, fisik dan stamina secara bertahap bisa dikembangkan secara sendiri.
Kemampuan motorik halus bisa dikembangkan dengan cara anak menggali pasir dan tanah, menuangkan air mengambil dan mengumpulkan batu batu, dedaunan atau benda kecil lainya, dan bermain permainan luar ruangan seperti kelerang, peningkatan potensi kemampuan psikomotorik halus ini merupakan modal dasra untuk menulis.




Kesimpulan
Pemantauan orang tua dalam peningkatan kemampuan psikomotorik anak sangatlah diperlukan dan hal ini sangatlah penting karena orang yang paling dekat dan  mengetahui apa yang dilakukan anak setiap hari adalah orang tua, hal ini penting mengingat apabila perkembamgan psikomotorik anak normal maka dia akan bisa mengikuti kemajuan lingkungan pergaulanya. Dalam meningkatkan potensi psikomotorik anak, ada beberapa tahapan diantaranya tahapan kognitif, tahapan asosiatif dan tahapan otonomi. Potensi perkembangan psikomotorik sangat penting bagi anak didik karena merupakan salah satu faktor yang mendukung kesuksesan pengajaran. Di samping itu, dalam peningkatan potensi psikomotorik juga diperlukan berbagai stimulasi. Stimulasi itu berupa ketrampilan berolah raga atau menggunakan alat olah raga, gerakan- gerakan permainan, seperti melompat memanjat dan berlari, baris berbaris secara sederhana, gerakan- gerakan ibadah sholat.

Saran
Kita sebagai calon pendidik hendaknya lebih mendorong potensi- potensi yang dimiliki oleh para peserta didik agar nantinya mereka dapat mengembangkan psikomotoriknya.  Dengan demikian mereka akan lebih berkembang dengan kemampuan yang dimilikinya. Hendaknya kita lebih memperhatikan susunan interior kelas yang juga berpengaruh dalam proses pembelajaran dalam peningkatan potensi psikomotorik.










DAFTAR PUSTAKA

Hartinah, Siti, 2009. Perkembangan Peserta Didik, PT. Rafika Adiatma, Bandung
Poerwati, Endang & Nur Widodo, 2000. Perkembangan Peserta Didik, Universitas Muhammadiyah Malang, Malang
Sujanto, Agus, 1981. Psikologi Perkembangan, Aksara Baru, jakarta
www.organisasi.org,2009, Perkembangan Peserta Didik
www.box.net,2009, Pendidikan dan Peserta Didik
Ngalim P,1991, Psikologi Pendidikan, CV Remaja Karya, Bandung.
Hendriati Agustian,2006. Psikologi Perkembangan. Aditama. Bandung

0 komentar:

Posting Komentar